22 Sep 2010

Temui dan Kenali Kekuatan Anda

Dalam bukunya yang berjudul Now, Discover Your Strengths yang didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset Gallup terhadap lebih dari 2 juta orang Amerika, Marcus Buckingham dan Donal O. Clifton, Ph.D menunjukkan, kunci utama untuk mendapatkan prestasi yang tinggi, kesuksesan dan kebahagiaan adalah melalui upaya mendayagunakan kekuatan kita, bukan dengan mengoreksi atau mengatasi kekurangan dan kelemahan kita. Tahap pertama yang harus kita lakukan adalah menemukan dan mengenali kekuatan kita.
Sayangnya, sebagian besar kita tidak pernah menyadari bakat atau talenta dan kekuatan kita, apalagi kemampuan untuk mendayagunakan kekuatan tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan sebaliknya, karena pengaruh orangtua kita, guru-guru, atasan kita, dan bahkan oleh para pakar psikologi, kita justru sangat ahli dalam mengetahui kelemahan kita dan menghabiskan hidup kita hanya untuk memperbaiki atau mengatasi kekurangan atau kelemahan kita tersebut. Kekuatan kita justru kita biarkan dan kita abaikan begitu saja.
Kita hidup dengan keyakinan bahwa baik adalah lawan dari buruk sehingga manusia selama berabad-abad berusaha untuk memperbaiki atau menyempurnakan kelemahan atau kekurangannya. Di mana pun kita, di sekolah, di tempat bekerja, kita diajarkan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengatasi kelemahan atau kekurangan kita agar kita menjadi kuat. Banyak pendidikan dan pelatihan lebih diarahkan kepada upaya untuk mengatasi atau mengurangi kelemahan seseorang. Hal ini bukannya salah, melainkan kurang dapat mengeluarkan potensi atau kekuatan terbaik yang dimiliki seseorang. Karena daya kekuatan seseorang memiliki pola yang berbeda dengan kelemahan yang dimilikinya.
Untuk sukses di bidang yang kita pilih serta menemukan kepuasan sejati dalam bidang tersebut, kita harus dapat mengenali, menerapkan, serta mendayagunakan kekuatan kita agar dapat sepenuhnya mendukung upaya kita dalam mencapai sasaran atau impian-impian kita. Jangan hanya fokus pada kelemahan atau kekurangan kita, tetapi justru kekuatan kitalah yang harus kita daya gunakan dan kita kembangkan.

Fokus pada Kekuatan Kita
Dalam bukunya The Power of Focus, Jack Canfield, dkk menyatakan bahwa salah satu strategi untuk senantiasa mencapai prestasi puncak dan meraih sasaran-sasaran dalam hidup dengan lebih pasti adalah dengan selalu fokus pada upaya mengembangkan kekuatan kita, bukannya kelemahan kita (build on your strengths, not your weaknesses). Lebih jauh dikatakan dalam buku tersebut: You must invest most of your time every week doing what you do best, and let others do what they do best.
Kita harus lebih banyak meluangkan waktu kita untuk melakukan hal-hal yang kita kuasai, dan membiarkan orang lain melakukan hal-hal yang mereka kuasai. Dengan kata lain, kita fokus pada kekuatan atau kelebihan kita. Konsultan bisnis terkenal Dan Sullivan bahkan mengatakan, ” If you spend too much time working on your weaknesses, all you end up with is a lot of strong weaknesses.” Artinya jika kita lebih banyak berupaya untuk mengatasi kelemahan kita, akhirnya kita akan memiliki banyak kelemahan yang semakin menonjol.
Semakin kita berlatih atau berusaha mengatasi kelemahan kita, semakin kita akan menjadi orang rata-rata, tetapi jika kita tekun berlatih untuk memaksimalkan kekuatan kita atau bakat kita, peluangnya jauh lebih besar kita akan sukses di bidang yang kita kuasai tersebut. Kita semua diberkati Tuhan dengan talenta atau bakat yang berbeda-beda dan unik. Hal terpenting dalam seluruh kehidupan kita adalah menemukenali kekuatan atau talenta yang sudah Tuhan berikan kepada kita.
Pencarian atau penemuan talenta seseorang mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun, bahkan kerap dari kita tidak pernah menyadari apa sesungguhnya talenta kita. Bahkan kita sering membandingkan kelemahan atau kekurangan kita dengan kelebihan atau kekuatan orang lain. Tentu saja hal ini tidak adil sama sekali bagi kita sendiri.
Jim Carey, seorang komedian dan bintang film terkenal yang dibayar tidak kurang dari US$ 20 juta setiap filmnya, memiliki bakat yang sangat unik. Dia dapat memutar dan melipat-lipat tubuh dan wajahnya pada posisi yang sangat tidak biasa. Seringkali dia tampak seperti terbuat dari karet. Ketika remaja, dia menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari melatih dirinya di depan cermin. Dia juga menyadari bahwa dia sangat ahli dalam menirukan gerak dan kebiasaan orang lain (impersonations), dan hal inilah yang dia latih dan kembangkan terus-menerus jam demi jam, hari demi hari, tahun demi tahun hidupnya.
Tentu saja banyak sekali hambatan dan tantangan yang dihadapi Jim Carey dalam perjalanannya menuju ke puncak bintang. Banyak sekali momen saat dia ragu dan merasa tidak percaya diri, akankah dia dapat menjadi bintang film yang terkenal suatu hari nanti. Kemudian dia meningkatkan cara fokusnya dengan menggunakan teknik visualisasi. Dia menulis cek sebesar 10 juta dolar dan memberi tanggal tertentu di masa depan, dan menyimpan cek itu di saku bajunya. Ketika dia merasa ragu dan jatuh, ketika dia mengalami saat-saat yang berat, dia akan pergi ke tempat yang sunyi di atas bukit dan memandang kota Los Angeles dan membayangkan dirinya adalah seorang bintang besar di Hollywood. Kemudian dia membaca kembali cek yang ditulisnya sebagai pengingat akan takdirnya sebagai bintang besar suatu hari nanti. Hal menarik dari kisah hidup Jim Carey adalah beberapa tahun setelah dia menulis cek tersebut, dia menandatangani kontrak perjanjian senilai lebih dari sepuluh juta dolar untuk membintangi film The Mask. Tanggalnya? hampir sama dengan tanggal yang ditulisnya dalam cek yang dia simpan terus selama ini.
Apa yang bisa kita petik dari kisah Jim Carey? Pertama, kita harus fokus pada kekuatan atau kelebihan kita. Kedua, nyatakan keinginan atau impian kita dalam bentuk visualisasi (tulisan, gambar, dll) dengan target atau sasaran dan jangka waktu yang jelas. Ketiga adalah latihan atau kerja keras untuk meningkatkan atau mengembangkan kekuatan dan kelebihan kita sehingga melebihi siapapun dalam talenta atau bakat tersebut. Tidak ada keunggulan tanpa latihan atau kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus selama bertahun-tahun.

Antara Bakat, Pengetahuan, dan Keterampilan (talents - knowledge - skills)
Kekuatan atau kelebihan kita merupakan gabungan dari ketiga hal tersebut, yaitu bakat, pengetahuan, dan keterampilan. Apakah bedanya bakat, pengetahuan, dan keterampilan. Bakat adalah pola pikir, perasaan, atau perilaku alami yang kita miliki. Pengetahuan adalah fakta-fakta dan pelajaran yang kita pelajari dalam hidup ini. Keterampilan adalah hal-hal atau langkah-langkah yang kita kuasai karena kita melatih atau melakukannya secara terus-menerus.
Sebagai contoh, seseorang memiliki bakat atau talenta di bidang musik. Jika dia terus belajar (misalnya menulis dan membaca not balok atau belajar cara komposisi misalnya), kemudian juga dia berlatih terus secara konsisten minimal 6 jam sehari selama lebih dari sepuluh tahun, dan senantiasa fokus pada bidang tersebut, dapat dipastikan dia akan menjadi musisi yang terkenal.

Apakah Bakat Itu?
Bakat sering dijelaskan sebagai ” suatu kemampuan atau kebisaan alami”, tetapi para penulis buku Now, Discover Your Strengths mendefinisikan talenta atau bakat sebagai ” suatu pola yang terus menerus berulang dari pikiran, perasaan atau perilaku seseorang yang dapat diterapkan secara produktif.” Jadi jika misalnya anda adalah orang yang selalu ingin bertanya, maka hal tersebut merupakan talenta anda.
Beberapa contoh yang dimaksudkan dengan bakat oleh para penulis buku tersebut antara lain: inquisitive, competitive, persistent, responsible bahkan sifat-sifat negatif seperti obstinate (keras kepala), nervous, bahkan penyakit seperti dyslexia (kesulitan dalam merangkai kata-kata yang sulit) merupakan talenta jika kita justru dapat mendayagunakannya secara produktif dalam membantu kita meningkatkan unjuk kerja kita.

Aspek Apakah yang Dapat Kita Ubah?

Pengetahuan dan Keterampilan.
Jika talenta adalah pemberian alami yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, pengetahuan dan keterampilan adalah aspek dalam kekuatan kita yang dapat kita perbaiki, kita tambah dan kita tingkatkan. Ada dua jenis pengetahuan, yaitu: factual knowledge dan experiential knowledge (pengetahuan faktual dan pengetahuan yang berdasarkan pengalaman).
Pengetahuan faktual adalah pengetahuan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk mempelajari atau menguasai suatu bidang tertentu. Misalnya Anda belajar bahasa, pengetahuan faktual yang harus dimiliki adalah vocabulary atau arti setiap kata dalam bahasa yang kita pelajari.
Pengetahuan eksperensial yang harus kita kuasai biasanya tidak diajarkan di sekolah atau tidak ditemukan dalam buku panduan. Pengetahuan ini tumbuh dan berkembang dari pengalaman karena kita melakukan pekerjaan atau mempraktekkan pengetahuan faktual yang kita miliki. Setiap situasi atau kondisi menawarkan peluang untuk menambah pengetahuan eksperiensial kita, sedangkan setiap proses belajar menambah pengetahuan faktual kita.
Keterampilan merupakan pengetahuan eksperiensial yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus secara terstruktur sehingga membentuk kebiasaan dan kebisaan baru seseorang.
Jadi akhirnya yang disebut dengan kekuatan (strengths) kita yang dapat menjadikan kita yang terbaik dalam bidang tertentu adalah gabungan dari adanya bakat, pengetahuan yang memadai, dan keterampilan karena berlatih secara konsisten dalam jangka panjang.

Saya ingin sedikit menceritakan sebuah kisah yang saya kutip dari buku karangan Anthony de Mello, S.J. yang berjudul Awareness sebagai berikut: Seorang lelaki pada suatu hari menemukan sebuah telur burung rajawali dan dia meletakkan telur itu bersama dengan telur-telur ayam di sarang seekor induk ayam peliharaan yang sedang mengeram. Telur itu menetas bersama telur ayam yang lain, dan anak burung itu tumbuh bersama anak-anak ayam diasuh oleh induk ayam itu. Selama hidupnya burung rajawali itu bertingkah laku seperti ayam, dan menganggap dirinya ayam peliharaan. Dia mengais tanah untuk mencari cacing dan serangga. Dia berkotek dan berkokok. Dia hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya dan terbang beberapa meter di udara.

Tahun berlalu dan burung rajawali itu menjadi tua. Suatu hari dia melihat seekor burung yang sangat gagah terbang di angkasa yang tak berawan. Burung itu melayang dengan anggun dan berwibawa dalam hembusan angin yang kuat, dia hanya membentangkan sayapnya dan jarang sekali menggerakkan sayapnya itu.

Rajawali tua itu terpesona memandang ke atas. ” Siapakah itu..?”, tanyanya. ” Itu adalah burung rajawali, raja dari segala burung,” kata ayam yang ada didekatnya. ” Dia penghuni langit dan kita penghuni bumi, kita adalah ayam.” Demikianlah rajawali itu hidup terus dan mati sebagai seekor ayam, karena begitulah anggapan tentang dirinya.

Demikan pula kita seringkali tidak menyadari potensi terbaik atau talenta yang diberikan Tuhan kepada kita. Jika kita dapat mengenali dan menemukan talenta tersebut, yang perlu kita lakukan adalah senantiasa terus menerus mengembangkan talenta tersebut melalui proses pembelajaran terus menerus (continuous learning) dan berlatih dengan keras sampai kita mencapai consistent, near-perfect performance. (Oleh Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel adalah co-founder dan direktur The Indonesia Learning Institute - INLINE, sebuah lembaga pembelajaran untuk para eksekutif dan profesional. Sumber: Harian Sinar Harapan 26 Maret 2003).

Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat,
Noflinda Eliza, SKM